Pengabdian keprajuritan Norman Sasono diawali dari sekolah TKR. Selesai menjalani pendidikan, Letnan Dua Norman Sasono secara aktif turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan diantaranya menjadi Komandan Peleton Pengawal Presiden RI. Komandan Peleton pengawal Panglima Besar Sudirman. Setelah pengakuan kedaulatan, Norman Sasono berturut-turut menjadi Komandan Kompi, Komandan Detasemen POM di daerah Jawa Timur.
Terkait dengan upaya merebut kembali Irian Barat, Pimpinan Angkatan Darat membentuk CADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat) (KOSTRAD sekarang). Untuk melengkapi organisasi CADUAD, Men/Pangad, Letnan Jenderal Ahmad Yani meresmikan pembentukan BATALYON POMAD PARA, Upacara peresmiannya dilaksanakan di Parkir Timur Senayan, ditandai dengan penyerahan Tunggul Batalyon dari Men/Pangad Letnan Jenderal Ahmad Yani kepada Komandan Batalyon Pomad Para, Mayor Cpm Norman Sasono.
Sehubungan dengan peristiwa Gerakan 30 September serta Surat Perintah 11 Maret. Pada tanggal 22 Maret 1966 Resimen Cakrabirawa secara resmi dilikuidasi. Tugas-tugas pengawalan dan pengamanan Presiden beserta keluarganya selanjutnya dilaksanakan oleh SATGASPOMAD, berintikan personel Batalyon Pomad Para. Jabatan Komandan Satgas Pomad dipercayakan kepada Letkol Cpm Norman Sasono.
Usai menempuh pendidikan, Norman Sasono diangkat menjadi Kepala Staf KODAM V/Jaya. Pada 20 Februari 1976 diangkat menjadi Panglima KODAM XII/Tanjungpura. Dan sejak tahun 1977-1982 Mayor Jenderal TNI Norman Sasono menjadi Panglima KODAM V/Jaya. Norman Sasono wafat pada tanggal 20 November 2007 dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal TNI Purn
